Setelah sebelumnya melakukan Penandatanganan Kerjasama, PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui Indonesia Telecommunication & Digital Research Institute (ITDRI) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali wujudkan salah satu inisiasinya yaitu Blue Economy Network (BEN). Selaras dengan visi Telkom-ITDRI yang ingin mencetak dan mengembangkan digital talent Indonesia, maka program BEN menjadi langkah bersama KKP untuk mencetak talenta dan innovator unggul dari sektor ekonomi biru. Sektor tersebut mencakup semua sektor ekonomi yang memanfaatkan dan mempengaruhi sumber daya terkait air. Komitmen Telkom-ITDRI dan KKP terhadap BEN diresmikan melalui acara Blue Economy Conference and Trade Exhibition di Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta pada Senin (22/08).
Langkah awal kolaborasi keduanya ditandai dengan perwujudan Smart Fisheries Village yang bertujuan untuk membangun desa perikanan dan UPT berbasis pemanfaatan teknologi informasi komunikasi, serta manajemen yang tepat dan berkelanjutan. Saat ini, Telkom-ITDRI mendukung KKP dalam menghadirkan BEN yang berfokus pengembangan pada talenta dari sektor kelautan dan perikanan.
Dengan berlandaskan tiga pilar utama Telkom-ITDRI yaitu Learning, Research, and Innovation, maka di dalam program BEN akan mengembangkan proses learning berbasis IoT, serta membangun inovasi bersama berbasis riset yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak di sektor ekonomi biru. Demi mewujudkan hal tersebut, maka BEN didukung oleh teknologi inovasi meliputi Virtual Learning, Industri Terkoneksi Internet of Things, Virtual Campus, Digitalisasi dan Integrasi dalam program Smart Fisheries Village, Penangkapan Ikan Terukur (PIT), Virtual Command Center untuk Pengumpulan Data Genetika Perikanan, serta Transformasi Budaya Kerja Digital.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono berkomitmen untuk menjaga kesehatan laut dengan mengembangkan pilar-pilar utama ekonomi biru yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Beliau juga menyampaikan strategi yang akan diimplementasikan oleh KKP.
“KKP menerapkan kebijakan penangkapan ikan secara terukur yang berbasis kepada kuota, perluasan perikanan kualitas kawasan konservasi seluas 30% akan ditempatkan di enam zona penangkapan ikan terukur. Kebijakan penangkapan ikan terukur akan memberikan pelayanan efektif ekonomi seperti kebutuhan tenaga kerja, industri perikanan, dan aktivitas perikanan lainnya. Saya berharap acara Blue Economy Conference and Trade Exhibition yang diselenggarakan oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) ini dapat menjadi platform untuk berbagi pengetahuan dan informasi khususnya dalam implementasi kebijakan-kebijakan ekonomi biru,” terang Sakti.
Chairman of ITDRI, Jemy V. Confido berharap dengan berbagai terobosan inovasi Telkom-ITDRI dapat mengakselerasi digitalisasi melalui pendidikan, pelatihan berbasis Learning Journey, serta penyuluhan talenta. Selain itu, adanya kolaborasi ini menjadi wujud aktivasi jaringan kolaborasi Penta-Helix.
"Dengan berbagai potensi besar yang dimiliki maritim dan bahari Indonesia, kehadiran Blue Economy Network ini menjadi wujud nyata komitmen ITDRI dalam merajut ekosistem Penta-Helix dalam ranah Kelautan dan Perikanan Tanah Air. Penggunaan Use Case atas pemanfaatan inovasi dan pembelajaran digital terkait Ekonomi Biru ini diharapkan dapat mengakselerasi transformasi digital khususnya di ramah Learning agar percetakan digital talent dalam sektor ini," harap Jemy.
Hadirnya BEN diharapkan dapat membantu para pelajar penerus bangsa bidang kelautan dan perikanan siap untuk bekerja dan berkarya sesuai dengan kebutuhan industri. Lebih lanjut, BEN turut meningkatkan kesejahteraan seluruh pelaku di sektor ekonomi biru meliputi terjaganya ekosistem laut, terciptanya lapangan kerja, meluasnya peluang investasi, dan pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), I Nyoman Radiarta menyampaikan bahwa BRSDM KP membutuhkan dukungan dalam peningkatan dan pengembangan talenta, serta menggunakan inovasi yang telah diciptakan sebelumnya dengan mendirikan institusi pendidikan bernama ‘Ocean Institute of Indonesia’.
“Pendidikan ini tidak hanya bersifat vokasi tapi juga keilmuan yang akan menerapkan 30% teori dan 70% praktek. Dalam mengembangan pendidikan vokasi ini, kami membutuhkan kolaborasi antar stakeholder tidak hanya dengan pemerintah tetapi juga swasta dan stakeholder lain. Di awal bulan ini, Smart Fisheries Village menjadi andalan program yang diharapkan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, menciptakan working community, ekosistem lingkungan yang berkelanjutan dan sistem informasi berbasis digital yang akan mendukung Blue Economy Network dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pelatihan, pendidikan dan inovasi,” papar Nyoman.